Oleh:
Dimyati*
Awal
bulan sawal tahun 1435 H keluarga besar Dinas pendidikan Kabupaten Jember dikejutkan oleh peristiwa meninggalnya seseorang
yang selama ini dikenal sebagai seorang yang pemberani, bahkan banyak yang memandang
sebagai sosok yang kontroversial. Dalam berbagai kesempatan,khususnya dalam
rapat tidak jarang berani menentang arus mayoritas peserta rapat, ia tidak
peduli apakah disitu ada pejabat penting atau tidak, sepanjang menurut
pandangannya tidak sesuai dipastikan ia akan bersuara lantang. Bahkan ketika Bupati Samsul dulupun pernah ia
tentang. Postur tubuh yang dempal,
usia yang terbilang muda, bentuk wajah yang sangar
dan suaranya yang keras sangat mendukung kegarangannya
itu. Hampir semua keluarga besar penddikan mengenalnya, itulah Rahmatullah,
SPd, M.Pd.
Karienya didunia pendidikan cukup
sukses, dimulai sebagai seorang guru SD, membentuk FKG (Forum Komunikasi Guru),
Ketua Cabang PGRI dan ahir puncak jabatannya kepala UPTD Pendidikan. Perjalanan
dinasnya ia tempuh tidak mudah, karena ia sering menentang arus, suaranya
sering menghiasi media elektronik, khususnya radio. Pendeknya, dalam hal-hal
tertentu sulit mencari tandingan orang seperti Rahmatullah.
Pada malam hari raya, tepatnya saat
umat islam mengumandangkan takbir, sosok
yang garang itu telah dipanggil Allah
SWT, tubuhnya terbujur kaku, ia tidak bisa menolak ketika peralatan kesehatan
dilepas dari tubuhnya, tangannya disekapkan, rahangnya diikat, badannya
dibungkus dan dibawa pulang dari rumah sakit kerumahnya dengan ambulan.
Dirumahnya iapun tidak bisa menggeliat ketika tubuhya dimandikan, dibungkus
dengan kain putih dengan tiga ikatan dibawah kaki, ditengah dan diatas
kepalanya. Iapun terdiam ketika tubuhnya ditaruh di dikeranda mayat. Bahkan ia
tidak bisa berontak ketika tubuhnya ditaruh dalam lubang yang dalamnya kurang
lebih 1,5 meter dan kemudian ditimbuni tanah.
.
Masih dalam bulan sawal,
keluarga dinas pendidikan dikejutkan lagi peristiwa mininggalnya seorang yang
dikenal memiliki kemampuan intelektual yang lumayan bagus, Ia sering muncul
diforum-forum pelatihan, pembinaan guru. Ia sering menjadi nara sumber
diberbagai kesempatan. Kuatnya
intelektualitas yang dimilikinya iapun dipercaya sebagai salah satu wakil
Rektor di Universitas Moh Sruji. Orang itu
bernama Drs. Suryanto, M.Si.
Ketika ajal menjemput, iapun tak bisa menolak ketika tangan penulis mengikat agak kuat
rahangnya karena masih kelihatan mulutnya terbuka. Iapun ketika diperlakukan
apapun oleh pentakziah, termasuk dikuburkan, ia tidak bisa memberikan
argumentasi sedikitpun untuk menolak.
Peristiwa meninggalnya dua saudara
kita itu mungkin dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja, ada tangis ada tawa,
ada suka ada duka dan ada hidup ada mati. Tetapi sesungguhnya bagi yang mengalami kematian itu
merupakan peristiwa yang sangat luar biasa, karena peristiwa itu menutup semua
peluang untuk berbuat, berfikir, berkata dan melakukan sesuatu. Waktunya yang dimiliki sudah habis.
Bentuk tubuh, Keberanian yang dulu dperhitungkan banyak orang, intelektualitas
yang menonjol dibalik pendapat, kekayaan yang ia raih dari waktu kewaktu, gelar
akademik dan jabatan yang telah lama ia rintis puluhan tahun sama sekali sudah tidak berarti apa-apa ketika
maut telah datang.
Peristiwa yang luar biasa bagi
setiap individu sebagaimana yang dialami oleh saudara kita itu sudah pasti akan
juga, Suatu ketika malaikai izroil pasti
mendatangi kita, suka tidak suka, mau
tidak mau, siap tidak siap. Ketika itupun kita tidak bisa berbuat apa-apa
ketika ajal sudah datang. Kekuatan jabatan, kekayaan, jaringan dengan berbagai
pihak (partai, pejabat, teman dll), keluarga yang kita cintai dll, semua tidak
bisa menolong kita untuk mencegah tugas malaikat izroil dalam mengambil roh
kita.
Mari kita bandingkan antara aktivias
keseharian kita dengan peristiwa kematian itu. Harta yang kita cari setiap saat
kita kumpulkan puluhan tahun kita tinggalkan. Kita tak kuasa mengarahkan
penggunaan harta kita itu oleh hak waris kita digunakan untuk kemaslahatan.
Pangkat/jabatan yang kita rintis setiap saatpun juga akan sirna. Padahal, berbagai
upaya telah dilakukan, mulai pendekatan, membentuk jaringan, dan hal-hal lain
yang menjadikan kita pada posisi tetentu yang tidak jarang ditempuh puluhan
tahun, Pendeknya semua yang kita anggap kita miliki telah sirna.
Tulisan ini bukan untuk mencegah
apalagi melarang individu untuk mencari harta dan jabatan. Harta perlu kita
cari, tetap haruslah ditempuh dengan niatan yang benar, dengan cara-cara yang
halal, dan digunakan untuk kepentingan kemaslahatan. Harta yang seperti inilah
yang sesungguhnya akan membawa barokah, membawa makna, tidak saja bagi diri dan
keluarga, tetapi juga bagi umat dan masyarakat. Pangkat/jabatanpun boleh
dicari, yang sudah barang tentu dengan niatan yang benar, cara yang halal dan
didayagunakan untuk kemaslahatan semua pihak. Dengan jabatan semakin tinggi,
sesungguhnya peluang untuk memberi manfaat pada banyak pihak sangatlah terbuka.
Jika amanat itu dilaksanakan dengan benar, niscaya akan mampu menciptakan
kebaikan, dan menjadi ladang untuk menebar amal salih. Harta dan jabatan perlu
dicari semata-mata untuk meningkatkan peran kita dalam mengabdi kepada Allah,
tidak lebih. Kecintaan kita pada harta, jabatan dan ketaatan kepada pimpinan
sesungguhnya tidaklah boleh melebihi kecintaan kita kepada Allah. Dengan
demikian, pada posisi apapun kita akan on
the tract, tidak salah dan tidak tersesat. Jangan sampai terlambat, sebelum
Allah menghentikan detak jantung kita,
membungkam mulut kita, tidak memfungsikan mata, telinga, pikiran, dan segala
potensi yang kita miliki, dengan cara mengambil nyawa kita, marilah segalanya kita gunakan untuk kemaslahatan.
Semoga Allah membimbing kita semua, Amiin.
*Dr.
Dimyati, M.Pd Mengajar di SMP2 Jenggawah,
Program Pasca Sarjan IKIP PGRI dan UNMUH Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar