Kamis, 01 Juli 2010

STRATEGI BERMAIN DENGAN ALAM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Priwahyu Hartanti
Guru Matematika SMK Negeri 1 Jember
Mhs. Program Pend. Matematika PPS Univ.Negeri Malang
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perolehan hasil belajar siswa melalui strategi bermain dengan alam. Subjek penelitian ini adalah 38 siswa kelas X MM SMK Negeri 1 Jember tahun 2007/2008. Langkah-langkah penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc.Taggart dimana setiap siklus tindakan meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian terdiri dari lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran dan pengamatan terhadap partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hasil penelitian digambarkan dengan menganalisis data kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini terlaksana dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada konsep Geometri dimensi tiga dengan menerapkan strategi bermain dengan alam dapat meningkatkan perolehan hasil belajar siswa, yaitu sebanyak 78,79 % siswa tuntas belajar. Selain aspek kognitif siswa meningkat, soft skills siswa juga meningkat yaitu dengan berkembangnya aspek afektif dan psikomotor.


Kata Kunci : Strategi bermain dengan alam, hasil belajar, soft skills

1. Latar Belakang
Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh para guru matematika di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Jember umumnya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Sebenarnya hasil belajar matematika siswa dengan gabungan metode ceramah dan tanya jawab yang peneliti lakukan, tidak terlalu rendah. Dari dialog peneliti dengan siswa kelas X MM Tahun Pelajaran 2007/2008, sebagian siswa mengatakan senang dan tidak bermasalah dengan metode ceramah dan tanya jawab, namun sebagian siswa mengatakan bahwa kadang-kadang merasa kesulitan dan merasa malu untuk bertanya kepada guru; mereka cenderung untuk bertanya kepada temannya. Ketika peneliti bertanya pada beberapa siswa yang sering pasif dalam proses pembelajaran, mereka menjawab bahwa mereka hanya mengerti pada saat pelajaran dan bisa mengerjakan soal pada saat ulangan saja, kalau sudah selesai ulangan, mereka sudah lupa lagi. Disamping itu, hasil belajar dengan metode ceramah dan tanya jawab cenderung hanya mengembangkan aspek kognitif siswa, sedangkan soft skills siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk berkembang dengan baik.
Kenyataan tersebut membuat peneliti berupaya untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih inovatif, yang mampu memberdayakan siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengembangkan soft skills siswa melalui aspek psikomotor dan afektif, sehingga peneliti berharap bahwa mereka tidak hanya mampu mencapai aspek kognitifnya saja. Untuk siswa SMK, pengembangan aspek kognitif, psikomotor dan afektif sangat diperlukan untuk menunjang tercapainya kurikulum, khususnya untuk mendukung keberhasilan program magang dan unjuk kerja (project work), sehingga lulusan SMK mempunyai kompetensi yang holistik sebagai bekal untuk dapat melaksanakan pekerjaan/hidup bermasyarakat dengan baik.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yakni tentang penerapan strategi pembelajaran Group Investigation (GI) di kelas 3 Akt 1 SMK Negeri 1 Jember tahun pelajaran 2006/2007 menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran GI dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dari rata-rata 48,14 menjadi 78 (Hartanti, 2006). Selain itu, hasil penelitian pada Penerapan Strategi Student Teams Achievements Divisions Games Rules (STAD garules) dalam pembelajaran Konsep Aproksimasi Kesalahan pada siswa kelas 1 Akt 2 SMK Negeri 1 Jember Tahun pelajaran 2006/2007, menunjukkan bahwa ketuntasan belajar pada siklus 1 dan siklus 2 masing-masing adalah 73,55% dan 85,00 % dari mula-mula 42,5% (Hartanti, 2007).
Salah satu inovasi pembelajaran matematika yang dapat dilakukan di kelas X MM ini adalah penerapan strategi bermain dengan alam. Konsep strategi bermain dengan alam dilatarbelakangi oleh model pembelajaran matematika di luar kelas (outdoor mathematics).
Hasil kajian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan bahwa model matematika diluar kelas memberikan beberapa manfaat: (1) mendukung pendekatan ketrampilan proses (Semiawan, 1992), (2) mendukung Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) karena siswa dapat dibimbing menerapkan perolehan selama belajar didalam kelas untuk menyelesaikan masalah dilapangan (Suherman, 1993), dan (2) siswa dapat belajar sambil rekreasi selama belajar diluar kelas (Pambudi, 2002). Hasil kajian tersebut mendorong peneliti menerapkan strategi bermain dengan alam untuk mata pelajaran matematika konsep Geometri Dimensi Tiga di kelas X MM tahun pelajaran 2007/2008.
Model pembelajaran yang diharapkan dapat mengembangkan aspek kognitif, sekaligus soft skills siswa melalui pengembangan aspek psikomotor, dan afektif siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Soft skills adalah kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda, kemampuan berkomunikasi secara efektif baik lisan maupun tulisan, dan kemampuan dalam mengatasi permasalahan (Kaoshi, 2001)
Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif perlu dikembangkan. Menurut Nurhadi dkk (2004) keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut : (1) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, (2) mengembangkan kegembiraan belajar, (3) memungkinkan para siswa untuk saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan, (4) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri, (5) menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi, (6) membangun persahabatan, (7) meningkatkan rasa saling percaya, (8) meningkatkan keyakinan terhadap ide / gagasan, (9) meningkatkan motivasi belajar, (10) meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar, (11) menumbuhkan pertanggungjawaban individu, dan (12) adanya kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan siswa.
Adapun permasalahan penelitian ini adalah: “Apakah Strategi Bermain Dengan Alam dalam Pembelajaran Konsep Geometri Dimensi Tiga dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dan Soft skills Siswa Kelas X MM SMK Negeri 1 Jember?

2. Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, dkk. 2006).

B. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Pengamatan.
Instrumen yang digunakan selama pengamatan adalah lembar pengamatan yang berisi kisi-kisi pengamatan agar pencatatan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Dalam lembar pengamatan ini disediakan dua alternatif jawaban yaitu “ya” jika kegiatan dilaksanakan dan “tidak” jika kegiatan tidak dilaksanakan. Selain itu, pengamat disediakan tempat untuk membuat catatan pengamatan untuk merekam kejadian yang tidak terduga.
Sedangkan kisi-kisi pengamatan soft skills dalam pembelajaran disusun berdasarkan keterampilan kooperatif yang dikuasai siswa dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, aspek keterampilan kooperatif yang diamati adalah keterampilan kooperatif tingkat dasar yaitu (1) menghargai kesepakatan & kontribusi, (2) mengambil giliran, berbagi tugas dan berada dalam kelompok, (3) mendorong partisipasi dan mengundang orang lain untuk berbicara; keterampilan kooperatif tingkat menengah yaitu : (4) menunjukkan penghargaan, simpati dan dengan aktif mendengarkan, (5) bertanya dan membuat ringkasan, (6) menerima tanggung jawab; keterampilan kooperatif tingkat atas yaitu (7) memeriksa ketepatan, berkompromi dan menetapkan tujuan.
Dalam lembar pengamatan ini, hasil amatan terhadap siswa dijabarkan dalam skor-skor dengan kriteria sebagai berikut :
Skor 1 : kurang
Skor 2 : cukup
Skor 3 : tinggi

2. Tes (Kuis)
Tes (kuis) ini digunakan untuk menilai keterserapan materi selama pembelajaran. Materi kuis mengacu pada materi yang sedang dipelajari oleh siswa. Kuis dilaksanakan dalam waktu 15 menit. Penilaian kuis disesuaikan dengan bobot soal, dengan skor maksimal 100 dan skor minimalnya adalah 0.
Setelah kuis / evaluasi dilakukan, dilakukan perhitungan skor peningkatan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir.
Dasar dari perhitungan nilai peningkatan individu ini adalah untuk memberikan suatu tujuan prestasi yang dapat dicapai tiap siswa dan hal ini hanya dapat diraih jika siswa tersebut berusaha lebih keras (ML. Silberman, 2006).
Berdasarkan nilai rata-rata peningkatan nilai individu seluruh anggota kelompok ditetapkan nilai kelompok. Guru dapat memberikan penghargaan kepada kelompok sesuai dengan nilai yang dicapai.
3. Angket
Instrumen yang digunakan adalah lembar angket yang berisi kisi-kisi agar pencatatan lebih sistematis dan terarah. Angket dalam penelitian ini adalah angket terhadap partisipasi siswa dalam pembelajaran dan disediakan dua alternatif jawaban yaitu “ya” jika sesuai dan “tidak” jika tidak sesuai dengan kondisi siswa.
4. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar nilai siswa sebelum penelitian dan selama penelitian yaitu nilai evaluasi hasil pekerjaan siswa dan dokumen nilai peningkatan siswa.
5. Dialog
Untuk melengkapi informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran, partisipasi siswa, perlu dilakukan dialog. Dialog dalam hal ini adalah untuk cross check apabila ada hal-hal yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat observasi.

C. Teknis Analisis Data
Langkah-langkah menganalisis keterampilan kooperatif siswa adalah sebagai berikut :
1. Menjumlahkan seluruh skor berdasarkan indikatornya dan menghitung rata-ratanya.
2. Menjumlahkan seluruh skor dan menghitung rata-ratanya.
3. Skor rata-rata tersebut dikualifikasikan berdasarkan kriteria berikut.

Tabel 1. Kualifikasi Skor Keterampilan Kooperatif Siswa










4. Dihitung persentasi siswa berdasarkan setiap kualifikasi tersebut.
Keberhasilan tindakan yaitu adanya peningkatan perolehan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini diukur berdasarkan ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar siswa dilihat dari nilai evaluasi yang diperoleh siswa pada akhir siklus. Indikator ketuntasan hasil belajar siswa mengacu pada kriteria belajar tuntas sebagai berikut : Siswa telah belajar tuntas jika mencapai 60 % dinilai maksimal, dan Kelas telah belajar tuntas jika terdapat 75 % siswa yang telah belajar tuntas.
Apabila kelas belum mencapai ketuntasan belajar, maka penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Tindakan yang dipilih pada siklus ini direncanakan berdasarkan hasil refleksi dari tindakan pada siklus sebelumnya.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Siklus 1
a. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan
1) Pembukaan
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan presentasi kelas oleh guru. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mengingatkan cara penilaian yang akan digunakan serta memotivasi siswa. Pada pembelajaran ini, siswa telah duduk dalam kelompoknya masing-masing, yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru memberikan satu set topik kepada setiap kelompok dan menjelaskan tugas yang harus dikerjakan siswa yaitu menyelesaikan masalah dengan topiknya masing-masing dan mempersiapkan laporan untuk dipresentasikanem.
2) Inti
Para siswa bersama-sama dalam kelompoknya belajar di luar kelas, bermain dengan pasir di halaman sekolah. Bentuk-bentuk dimensi tiga antara lain kubus, balok, trapesium, prisma segitiga, prisma segiempat, limas segitiga, dan limas segiempat sudah disiapkan. Siswa berdiskusi dan menyusun bahan untuk presentasi, siswa menggunakan buku-buku referensi dan duduk dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas kelompok. Selanjutnya siswa membuat suatu laporan untuk dipresentasikan di depan kelas secara kelompok. Guru memonitor setiap siswa dalam kelompok dan memberikan bimbingan bila diperlukan. Dari kegiatan ini, keterampilan kooperatif siswa berkembang. Hasil pengamatan keterampilan kooperatif siswa adalah sebgaai berikut :

Tabel 2. Prosentase Tingkat Keterampilan Kooperatif Siswa pada Siklus 1








3) Penutup
Pembelajaran diakhiri dengan pengumuman penghargaan kelompok dan guru memberikan motivasi kepada siswa.

b. Hasil Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil analisis nilai kuis serta wawancara informal dengan siswa, pada siklus 1 diperoleh refleksi pembelajaran sebagai berikut: 1) Alokasi waktu sudah tepat, 2) Kurangnya buku referensi, 3) Siswa belum terbiasa untuk berdiskusi dan presentasi, 4) Siswa memerlukan bimbingan dan motivasi, baik secara individu maupun kelompok, 5) Guru perlu memberikan penjelasan formal keseluruhan materi untuk mempertegas pemahaman siswa dan menghindari kesalahan konsep, dan 6) Terdapat 57,58 % siswa belajar tuntas. Hal ini menunjukkan kelas belum tuntas, sehingga perlu ditingkatkan lagi.
Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk merevisi skenario pembelajaran untuk dilaksanakan pada siklus 2.

2. Pelaksanaan Siklus 2
a. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan
1) Pembukaan
Seperti pada siklus 1, guru mengawali pembelajaran dengan memaparkan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa, mengingat kembali materi pada pembelajaran sebelumnya dan untuk memberikan gambaran sekilas tentang materi yang akan dipelajari, guru melakukan presentasi.
2) Inti
Kegiatan inti melanjutkan kegiatan yang sudah dilakukan pada pembelajaran siklus 1, diperoleh tingkat keterampilan kooperatif siswa pada siklus 2 ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Prosentase Tingkat Keterampilan Siswa Siklus 2






3) Penutup
Setelah diskusi dan presentasi seluruh kelompok selesai, guru mempertegas pemahaman siswa dengan mengulas kembali hasil diskusi, tanya jawab dan bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi. Kemudian evaluasi diberikan untuk dikerjakan secara individu dalam waktu 60 menit. Seperti pada siklus sebelumnya, penilaian kuis dilakukan bersama-sama dengan siswa dan guru memberikan pedoman penilaiannya. Guru mengumumkan penghargaan kelompok dan guru memberikan motivasi kepada siswa pada akhir pembelajaran.
b. Hasil Refleksi
Alokasi waktu untuk setiap komponen pembelajaran sudah tepat dengan perencanaannya. Siswa yang tuntas belajar adalah 78,79 % sehingga tindakan pada pembelajaran ini dapat dikatakan berhasil.

B. Pembahasan
Hasil penerapan strategi bermain dengan alam dalam pembelajaran konsep geometri dimensi tiga menunjukkan adanya perbaikan hasil belajar yang diindikasikan melalui peningkatan kemampuan kognitif dan soft skills siswa melalui ketrampilan kooperatifnya. Kemampuan kognitif siswa ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa yang Dari data pada siklus 1 dan 2, terlihat adanya peningkatan keterampilan kooperatif siswa, baik keterampilan kooperatif tingkat dasar, menengah maupun atas. Hal ini terjadi karena pada siklus 2, siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif.
Soft skills siswa yang ditunjukkan dengan ketrampilan kooperatif siswa terdiri atas ketrampilan kooperatif tingkat dasar, menengah, dan atas. Ketrampilan kooperatif tingkat dasar meliputi ketrampilan menghargai kesepakatan dan kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas (tanggungjawab), mendorong partisipasi dan mengundang teman lain untuk berbicara. Ketrampilan kooperatif tingkat menengah meliputi ketrampilan menunjukkan penghargaan, simpati, mendengarkan dengan aktif, bertanya, dan membuat ringkasan. Ketrampilan kooperatif tingkat atas meliputi ketrampilan mengelaborasi, memeriksa ketepatan, berkomunikasi (presentasi) dan menetapkan tujuan (Nurhadi, dkk., 2004). Adapun ketrampilan kooperatif siswa pada masing-masing tingkatan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4. Prosentase Tingkat Keterampilan Kooperatif Siswa







Sedangkan daftar penghargaan kelompok yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Daftar Penghargaan Kelompok













Sikap siswa terhadap pembelajaran konsep geometri dimensi tiga dengan menerapkan strategi bermain dengan alam pada umumnya positif. Dari wawancara secara informal dengan siswa, siswa merasa santai dalam pembelajaran, namun mereka juga khawatir apabila materi tidak selesai, karena strategi ini memerlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain dan berdiskusi. Bagi siswa, belajar dan berdiskusi dalam kelompok sangat bermanfaat karena siswa berlatih untuk berani mengemukakan pendapat / gagasan / ide, bertanya dan menumbuhkan rasa solidaritas serta tanggung jawab. Guru juga merasa lebih nyaman dalam mengajar meskipun harus membimbing siswa dalam kelompok. Beberapa siswa mengeluh karena ternyata ada temannya yang malu dalam berdiskusi atau presentasi, sehingga diskusi kelompok menjadi kurang menarik. Jika hal ini terjadi, siswa dalam kelompok itu sebaiknya ada kesadaran untuk saling mendorong dan berpartisipasi.
Perbandingan persentase pernyataan sikap siswa terhadap pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Perbandingan Persentase Sikap Siswa
Dengan Strategi Bermain dengan Alam








Hasil belajar siswa dari aspek kognitif yang menggambarkan keterserapan materi oleh siswa diukur dengan kuis. Nilai kuis ini menentukan ketuntasan belajar siswa. Dalam penelitian ini, telah tercapai ketuntasan belajar pada siklus 2 yaitu sebesar 78,79 %, sehingga dikatakan 78,79 % siswa hasil belajarnya meningkat.

Tabel 7. Prosentase Peningkatan Perolehan hasil belajar Siswa
Berdasarkan Nilai Kuis





 
Pada akhir pembelajaran, bahan presentasi yang telah ditulis siswa dikumpulkan sebagai portofolio. Hasil karya siswa ini menunjukkan bahwa psikomotorik siswa dalam pembelajaran juga berkembang.

4. Simpulan
a. Pembelajaran konsep geometri dimensi tiga dengan menerapkan strategi bermain dengan alam dapat meningkatkan perolehan hasil belajar matematika siswa, yaitu sebanyak 78,79% siswa tuntas belajar.
b. Selain aspek kognitif siswa yang meningkat, soft skills siswapun meningkat yang ditunjukkan dengan berkembangnya keterampilan kooperatif. Berkembangnya keterampilan kooperatif, diindikasikan dengan meningkatnya aspek afektif dan aspek psikomotor.

A. Saran
Karena apresiasi siswa terhadap penerapan strategi bermain dengan alam ini cukup baik dan penerapan strategi tersebut dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada konsep geometri dimensi tiga, hendaknya strategi tersebut dapat dicoba untuk diterapkan pada topik pembelajaran matematika lainnya maupun mata pelajaran selain matematika.

Daftar Pustaka
Arikunto, S. dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT.Bumi Aksara. Jakarta
Depdiknas, 2004. Kurikulum 2004. Jakarta
Hartanti, P. 2006. Penerapan Teknik GI dalam Pembelajaran Statistika Sebagai upaya meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 Akt 1 SMK Negeri 1 Jember. Laporan Penelitian. SMKN 1 Jember.
Hartanti, P. 2007. Strategi STAD Garules Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 1 Akuntansi 2 Pada Konsep Aproksimasi Kesalahan di SMKN 1 Jember. Laporan Penelitian. SMKN 1 Jember.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.
Silberman, M.L. 2006. Active Learning – diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, Nusamedia. Bandung.
Suderadjad, H. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). CV. Cipta Cekas Grafika. Bandung.

priwahyu_hart@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar